Minggu, 01 Mei 2011

KEBAHAGIAAN TIDAK BERADA DI DARATAN ATAU LAUTAN

Dewasa ini banyak sekali orang mengucapkan kata kebahagiaan. Apa sebenarnya hakikat kebahagiaan itu ? Kebahagiaan itu tidak berada pada tampilan cantiknya dunia. Penerang lampu yang indah menempel di gedung bertingkat. Juga lalu lalang orang yang giat mengejar harta.

Tampilan deretan mobil-mobil mewah yang terparkir di sudut toko serta sikap hedonis lainnya. Namun berpindahlah dari tempat yang berkarat. Penuhilah hatimu dengan melirik orang-orang yang sedang meminta rezeki orang lain seperti orang lanjut usia, anak kecil yang memegang ketipung botol sosro dengan alunan musik. 

Yang kadang dari mereka mendapat sedikit rezeki namun ridho walaupun sering diabaikan. Namun bandingkan dengan orang-orang yang pelit, tidak meminta namun suka korupsi dan menendang orang lain bahkan dendam ataupun fitnah sekalipun terhadap teman sejawat. Tampilan mall-mall yang mewah serta menggelar dengan seambrek diskon yang menggoda bagi penikmat materi. Sudah menjadi kebiasaan bagi orang-orang kota. Jalan macet, kebosanan, rasa jenuh bahkan media kita yang selalu menampilkan barang-barang penggoda.

Serasa dunia menjadi ladang ekonomi yang menggiurkan, namun banyak orang lupa akan satu waktu bahwa banyaknya permainan pasti ada ujung. Bagi mereka yang mementingkan tujuan ke dunia bersiaplah kecewa, karena tempat yang mereka puja akan musnah. Dan beruntunglah bagi orang yang tau akan tempat kembali. Perhatikanlah ! bagi jiwa-jiwa yang ingin membangkitkan hati nurani bacalah kalimat hikmah ini
1. Merenunglah

Beruntunglah orang yang tiap saat selalu menghisab perbuatannya sebelum dihisab Allah. Sifat Tafakkur membuat hatimu hidup dan tau akan tugasmu di dunia yang fana ini.
2. Pandangilah Makam atau pusara

Memang benar yang dikatakan oleh para ahli hikmah lebih baik bersikap seperti orang musafir saat di dunia dan merasa asing di alam ini. Bagi orang yang selalu melihat pemandangan yang ramai waspadalah! ikat hatimu
Namun rasakan bila kamu berpindah tempat saat kamu melihat makam. Bertanyalah apakah Anda sudah siap menuju ke sana dan sudah cukup bekal ? Jangan suka menghindari tema kematian yang pada akhirnya piala bergilir pasti menimpamu. Bersiaplah !

3. Pandangi alam dan diri kita
Sudahkah kita berbuat baik terhadap alam, kadang kita mencela alam dengan merusak siklusnya. Kita cemari udara dengan limbah-limbah kotor. Praktek-praktek maksiat yang banyak. Lihatlah pula diri kita yang lemah. Pernahkah kalian sejenak berpikir bahwa kamu banyak memiliki hutang. Betapa tidak tiap waktu dalam kehidupan ini kita sudah menggunakan banyak nikmat yang kadang kita kurang mensyukurinya. Alih-alih untuk ibadah mengucap alhamdulillah saja kita kadang lupa. Masya Allah betapa tega diri kita.

4. Berpeganglah pada kebenaran
Berpegang pada kebaikan tiada ruginya sebab walaupun berbagai spekulasi tentang teori positivistik pada akhirnya hanya satu kebenaran yang hakiki. Walau dengan ekspresi yang berbeda.

5. Bertobatlah
Kadang dalam perjalanan hidup ini kita melakukan banyak kesalahan yang tidak terhitung jumlahnya. Beruntunglah kalian bila tiap indra kita selalu diingatkan oleh khotib jumat saat khotbah, nasihat pedagang bakso, dan pesan-pesan hikmah dari orang-orang yang berpegang teguh terhadap kebenaran. Mendapat hidayah dari pengalaman religinya. Serta tahu hakikat kecintaan terhadap Allah.

6. Bersyukurlah atas nikmatNya
Sudah menjadi watak manusia tidak akan pernah puas sampai dia di liang lahat. Syukuri nikmat yang ada jangan mengkhianati nikmat kita. Seringlah membaca Al-Qur'an untuk menemani kehidupan di sepanjang perjalananmu. Berhati-hatilah dengan ranjau syetan yang pandai menipu.

7. SUKSES HAKIKI ITU BERNAMA KEMATIAN
Saat dilahirkan kita tanpa pakaian, begitu pula saat kepergian kita. Ingat-ingat kawan. Pengadilan kelak tidak ada yang namanya maaf karena segala perhitungan dinilai berdasar amal yakni pahala dan dosa. Bayangkan segala perbuatan kita saat kita kecil, remaja, dewasa, dan masa tua. Adakah kiranya amal terbaik yang dipersembahkan dihadapan Allah yang membuat tersenyum kepada kita. Bukan membuat Allah tak mau melihat kita akibat banyaknya pengorganisiran dosa anggota tubuh kita.

Inilah sedikit secercah obat penawar hati yang gundah yang selalu rindu akan perjumpaan kepada kekasihNya. Sering-seringlah membaca buku yang menghidupkan hati agar tidak mati. Hati seperti gelas bila penuh dengan dunia cahaya tidak akan masuk pada hati yang usang. Sebaliknya bila cahaya masuk namun dunia mengikuti dia niscaya dia dalam keberuntungan yang banyak. Sekian tunggu edisi berikutnya dengan tema WUDHU SEBAGAI TANDA KEIMANAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar