Pagi itu penulis usai bangun tidur, mandi, sarapan, juga membersihkan rumah. Keadaan saat itu penulis dalam keadaan sendiri di rumah. Karena kakeknya pergi ke rumah saudara saat acara khitan. Habis menonton TV penulis merasa bosan dan bingung harus mengerjakan apalagi.
Lalu penulis mengirim sms ketiga rekannya saat itu balasan yang diterima semua temanku sibuk. Lalu sekitar setengah jam aku menunggu berpikir lama antara berangkat dan tidak. Penulis memutuskan untuk pergi ke sebuah air terjun yang masih di kawasan Kediri.
Tanpa berpikir lama, penulis berangkat sebelum berangkat mengisi BBM penuh. Penulis saat itu enjoy. Sambil menyetir sepeda motor penulis memandangi sekitar pemandangan yang dapat dijangkau mata. Dengan jalan yang berkelok-kelok naik turun akhirnya penulis sampai di tempat wisata. Saat itu banyak sekali para pemuda-pemudi yang berpasangan dan hanya penulis yang berjalan menapaki tangga yang banyak dengan langkah sendiri namun penulis bahagia, walaupun tanpa pasangan.
Wahai sahabat tahukah kamu apa yang penulis lakukan di depan air terjun itu?
1. penulis lontarkan ucapan syukur karena masih diberi kesempatan untuk melihat keagungan Tuhan.
2. Sambil memasukkan kaki ke dalam sekitar air, dekat tempat itu percikan air yang deras dari atas
mengenai wajah penulis betapa dinginnya. Dan hilanglah semua beban di pikiran.
3. Saat itu disekitar tempat itu banyak orang yang berfoto dan bercanda ria, namun penulis hanya melihat
aktifitas mereka. Mereka tertawa dan bahagia. Penulis merasakan wajar dia bahagia sebab dia telah
terpenuhi segala karunia dan merasa puas.
4. Bila orang lain menggunakan daya hati luar namun penulis mencoba menggunakan daya kontemplasi di
dalam hati walaupun di sekitar banyak orang, penulis tidak terganggu dengan aktifitas mereka.
5. Saat memandang air terjun dan percikan yang indah itu mengalir dengan bekas seperti ombak. Serasa
Allah berkomunikasi dengan hembusan deru air. Dalam benak pengarang ada bisikan yang lembut dari
telinga sebelah kanan ucapannya seperti ini "Wahai fulan kau sedang menatap salah satu ciptaan Allah
berupa air. Ucapkanlah tulus dari hatimu "Masya Allah" sebab kekagumanmu kepadaNya".
6. Di saat kepala ini penuh beban, pengarang mencoba memulai pendekatan rohani langkah awal penulis
penulis mengucap basmallah, kemudian diteruskan dengan helaian nafas yang seimbang dan merasakan
sejuknya angin dan air melewati kening kepala dan sambil menatap penuh harap terbesit kalimat mengakui
adanya kelemahan. Pengarang dengan berat hati merasakan dan mengucap "Wahai Rabb Yang Memiliki
Keagungan Yang Sempurna dan tiada cacat. Ya Allah maafkan segala kesalahan dan kelalaian karena
kurang mensyukuri akan nikmatMu.
7. Sambil menyalakan sebuah lagu melo yang berisi harapan dan cita-cita, pengarang tetap memandang air
terjun itu. Seketika itu penulis terasa dekat akan dekapan Sang Maha Lembut. Hati dan pikiran serasa
jernih tanpa beban, semua kotoran hilang.
8. Sepanjang kontemplasi itu pengarang mengucapkan kalimat yang baik kurang lebih seperti ini "Ya Allah
berikanlah punggung yang kuat, jadikan pribadi yang benar-benar baru. Selama ini penulis hanya melayani
kesibukan yang tiada henti, pengarang juga berdoa Ya Rabb jadikan waktu kesibukan sebagai amal
ibadah. Berikan kemudahan dalam bergaul, sebab selama ini cenderung suka sendiri".
9. Terus merenung penulis teringat masa lalu yang tak pernah memiliki prestasi, penulis hanya berharap
semoga prestasi itu di dapatkan di Surga.
10. Hingga sampai pada pertanyaan batin tentang visi dan misi kehidupan. Barulah mengetahui akan makna
kehidupan. Penulis mengusapkan air ke kepala sebanyak lima kali. Saat itulah penulis bermohon dalam
hati "Ya Rabb ingin rasanya menjadi pribadi yang baik dan berkualitas, kuatkan dalam melangkah didalam
segala keruwetan hidup di dunia. Maafkan atas kealpaan yang selama ini mengabaikan hakMu yang telah
diacuhkan oleh diri ini.
11. Sebelum mengakhiri tafakur ini ruh serasa bersemayam dalam buaian Sang Maha Pemegang Kehidupan.
Hati serasa tentram dan akhirnya penulis menyudahi aktifitasnya sambil mengucap hamdallah dan
memegang sedikit air disentuhkan ke raut wajah betapa segar dan sejuknya. Penulis sungguh menikmati.
12. Melihat air yang mengalir menambah kagum dan kuat sanjungan kepada Rabb. Bebatuan dan daun-daun
serta tangkai-tangkai pohon yang mengalir mengikuti arus deram air terjun. Selesailah kegiatan tafakur
dalam hati berdoa semoga dari tempat ini penulis benar-benar berubah. Dan sekarang merasa menjadi
pribadi yang tampil baru, berusaha menghilangkan kotoran. Terima Kasih Ya Rabb berkat petunjukMu
diri ini sadar atas ketiduran dan kegelapan dan ketidakjelasan masa depan.
13. Hidayah itu semua muncul sebelum mendaki penulis berwudhu, sungguh dahsyat naik turun tanpa lelah
disertai lagu melo yang indah. Setelah usai penulis beristirahat di musola kecil. Kemudian setelah pulang
menuruni bukit terlihat jalan yang berkelok-kelok dan tetumbuhan yang hijau. Saat menyetir itu pula
terbesit melihat jalan yang berkelok-kelok bahwa kehidupan itu butuh energi, strategi, dan lika-liku yang
menantang dan dalam jeramnya.
14. Hambatan berkelok-kelok itu bisa ditempuh berkat usaha keras dan meng gas sekuat tenaga dari energi
sepeda motor. Lagupun diikutsertakan dalam perjalanan pulang dan tidak terasa telah sampai di rumah
dengan selamat.
Itulah sedikit perenungan yang sekiranya dapat menjadikan kita lebih paham akan makna hidup ini. Kita telah terlahir di dunia. Kita punya saudara, keluarga, sahabat minta maaflah kepada mereka bila punya salah. Bahagiakanlah orang tuamu sebelum datang ajal nanti akan menyesal bila kau tunda. Kau berada di dunia sebagai ladang amal perbanyaklah bekal. Pikirkan pula kehidupan akhirat yang kebaikannya dibalas dengan surga seluas langit dan bumi.
Percepatlah langkah duniamu, selesaikan segera segala permasalahanmu. Sebab kematian pasti akan datang menghadang saat kamu meminta panjang umurpun pasti ajal segera menyergap. Dan hanya kepada Rabbmu lah kamu dikembalikan dan disempurnakan segala amalmu. Disaat perpisahan diri ini ingat-ingatlah wajah Rasul yang belum pernah kamu lihat begitu pula wajah Allah. Disaat setan meminta padamu untuk mengucap kalimat kerugian tetaplah berpegang pada "AKU BERSAKSI TIADA TUHAN SELAIN ALLAH DAN AKU BERSAKSI BAHWA RASUL ADALAH UTUSANMU"
Wahai jiwa yang tenang kembalilah kepada Rabbmu yang memiliki segala kunci perbendaharaan langit dan bumi serta hal yang ghaib. Wassalam. Wallaa hu a'lam bish showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar